Senin, 21 Mei 2012

multiple sklerosis


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian
Sklerosis multiple ( SM ) merupakan keadaan kronis penyakit system syaraf pusat degenerative yang dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis. Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yang menunjukkan adanya adanya material lunak dan protein di sekitar serabut-serabut syaraf otak dan medulla spinalis, yang menghasilkan gangguan transmisi impuls syaraf.
Myelin adalah materi yang melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat,dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit upaya. Kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang.
Multiple Sklerosis (Multiple Sclerosis – MS) adalah penyakit kronis pada sistem saraf pusat (SSP) yang dikarakteristikan oleh sedikit lapisan dari batas substansia alba pada saraf optik, otak dan medulla spinalis. Multipel sklerosis paling sering ditemukan pada usia muda. Kasus ini sedikit lebih banyak menyerang wanita dibandingkan dengan pria. Usia rata-rata penderita penyakit ini adalah 30 tahun, dengan batas antara 18-40 tahun.
MS adalah salah satu penyakit sistem syaraf pusat (otak dan jaringan syaraf sum-sum tulang belakang) akibat kerusakan myelin. Myelin adalah materi yang melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat,dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit upaya. Pada MS, kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan ‘pesan’ ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang.



B. Etiologi
Multiple sclerosis biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti :
1.       Lapisan merujuk pada destruksi myelin, lemak dan material protein yang menutupi lapisan saraf tertentu dalam otak dan medulla spinalis dimana Lapisan ini mengakibatkan gangguan transmisi impuls saraf.
2.       Perubahan inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yang berefek terhadap lapisan saraf.
3.       Penyebab tidak diketahui tetapi kemungkinan karena factor predisposisis yang berhubungan dengan disfungsi autoimun, kelainan genetik atau proses infeksi oleh virus
4.       Virus : infeksi retrovirus akan menyebabkan kerusakan oligodendroglia.
5.       Bakteri : reaksi silang sebagai respon perangsang heat shock protein sehingga menyebabkan pelepasan sitokin
C. Manifestasi klinis multiple Sklerosis
Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variabel dan gejala-gejalanya bergantung pada area sistem syaraf pusat yang terserang. Tidak ada pola khusus pada MS dan setiap penderita MS memiliki kekhasan gejalanya sendiri-sendiri, yang bentuknya dari waktu ke waktu bervariasi dan tingkat keparahan serta jangka waktunya pun dapat berubah, dan semua variasi dan perubahan itu dapat terjadi bahkan pada penderita yang sama. Tidak ada MS yang tipikal. Kebanyakan penderita MS akan mengalami lebih dari satu gejala, tetapi meskipun ada gejala-gejala umum yang diderita banyak orang, tidak ada seorangpun yang memiliki semua gejala tersebut sekaligus.
Perjalanan SM dapat menunjukkan banyak pola yang berbeda. Banyak pasien mulai dengan perjalanan relapsing remitting dengan pemulihan komplit di antara kesembuhan. Pasien lain mengalami perjalanan progressif kronik dari awitan dengan penurunan fungsi progressif. Perjalan penyakit progressif yang cepat jarang terjadi. Pada pasien yang lain, penyakit mengikuti perjalanan penyakit jinak. Sepanjang hidup dan gejala sangat ringan sehingga pasien tidak mencari bantuan kesehatan ataupun pengobatan.


Gangguan Penglihatan
·         Penglihatan kabur
·         Penglihatan membayang (diplopia)
·         Neuritis optikal
·         Pergerakan mata yang tak terkontrol
·         kebutaan (sangat jarang terjadi)

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi
·                 hilang keseimbangan tubuh
·                 Gemetar (tremor)
·                 ketidakstabilan kemampuan berjalan (ataksia)
·                 pusing (vertigo)
·                 kekakuan anggota tubuh
·                 gangguan koordinasi
·                 perasaan lemah: pada kasus tertentu hal ini dapat mempengaruhi kaki dan kemampuan berjalan

Kekakuan (spasticity)
·         kekakuan otot yang dapat mempengaruhi mobilitas dan cara berjalan
·         kejang

Gangguan indra perasa
·         perasaan geli di beberapa bagian tubuh
·         perasaan seperti di tusuk-tusuk jarum
·         kebas (paraesthesia)
·         perasaan seperti terbakar
·         nyeri dapat menyertai penyakit MS, contohnya, nyeri di wajah (seperti trigeminal neuralgia), dan nyeri otot.

Gangguan kemampuan berbicara
·         perlambatan cara berbicara
·         berbicara seperti menggumam
·         perubahan ritme berbicara
·         sulit menelan (dysphagia)

Keletihan berlebihan
·         Perasaan lemah dan letih yang datang tidak terduga dan tidak sebanding  dengan aktivitas yang sedang dikerjakan. Keletihan berlebihan adalah gejala penyakit MS yang paling umum (dan yang paling menyusahkan).

Gangguan kandung kemih dan usus
·         Gangguan kandung kemih meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat buang air kecil secara tuntas atau tidak bisa menahan air kecil.
·         Gangguan usus meliputi: konstipasi/sembelit, dan kadang-kadang diare.

Gangguan Seksual
·         impoten
·         Berkurangnya kemampuan seksual
·         kehilangan gairah

Sensitivitas terhadap Panas
·         perburukan gejala-gejala yang dialami karena udara panas

Gangguan Kognitif dan Emosi
·         kehilangan memori jangka pendek
·         kehilangan kemampuan konsentrasi, penilaian, penalaran
D. Patofisiologi
Penyebab MS belum diketahui, saat ini seluruh dunia masih melakukan penelitian untuk mencari penyebab pasti penyakit MS. Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh terutama focal lymphocytic infiltration (sel T secara terus-menerus bermigrasi menuju lokasi dan melakukan penyerangan seperti yang layak terjadi pada setiap infeksi). Sitem kekebalan tubuh ini seharusnya melindungi tubuh dari serangan organisme berbahaya (bakteri dan virus). Banyak jenis MS yang menampakkan gejala penyakit kekebalan tubuh, dimana tubuh menyerang sel-sel dan jaringan-jaringannya sendiri (dalam kasus MS, yang diserang adalah Myelin). Para peneliti belum mengetahui apa yang memicu sistem kekebalan tubuh tersebut menyerang myelin, tetapi ada satu pemikiran bahwa hal tersebut terjadi karena beberapa faktor.
Satu teori menyebutkan bahwa virus, yang mungkin sudah menetap lama dalam tubuh, mungkin memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem kekebalan atau secara tidak langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh. Banyak penelitian yang sudah mencoba mengidentifikasi virus MS. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan tidak ada virus MS, melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus campak ( rubella ) dan herpes, yang menjadi pemicu timbulnya penyakit MS. Pada penderita multipel sklerosis ternyata serum dan cairan serebrospinal mengandung berbagai antibodi campak serta ada bukti yang menyatakan bahwa zat anti tersebut dihasilkan dalam otak.
Virus-virus ini mengaktifkan sel darah putih (limposit) dalam aliran darah menuju ke otak dengan melemahkan mekanisme pertahanan otak (yaitu substansi yang melindungi darah/otak). Kemudian, di dalam otak, sel-sel ini mengaktifkan unsur-unsur lain dari sistem kekebalan tubuh dengan satu cara yang pada akhirnya membuat sel-sel tersebut menyerang dan menghancurkan myelin. Pada awalnya, setiap peradangan yang terjadi berangsur menjadi reda sehingga memungkinkan regenerasi selaput mielin. Pada saat ini, gejala awal MS masih berupa episode disfungsi neurologis yang berulang kali membaik. Walaupun demikian, dengan berselangnya waktu, sitokina yang disekresi oleh sel T akan mengaktivasi sejumlah mikroglia, dan astrosit sejenis fagosit yang bermukim pada jaringan otak dan sumsum tulang belakang, dan menyebabkan disfungsi sawar otak serta degenerasi saraf kronis yang berkelanjutan.
Kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang.
Penyebab lain MS belum diketahui, saat ini seluruh dunia masih melakukan penelitian untuk mencari penyebab pasti penyakit MS. Masih dipertanyakan apakah meningkatnya kasus pada keluarga diakibatkan oleh predisposisi genetik (tidak terdapat pola herediter) atau disebabkan karena sering kontak dengan agen infeksi (mungkin virus) pads masa kanak-kanak yang entah dapat menyebabkan multipel sklerosis pads waktu mulai menginjak masa dewasa muda.

Penyelidikan migrasi menunjukkan bahwa jika orang dewasa pindah dari tempat dengan risiko tinggi ke tempat dengan risiko rendah, mereka tetap mempunyai risiko tinggi untuk menderita multipel sklerosis. Tetapi jika migrasi terjadi sebelum mencapai usia 15 tahun, maka individu tersebut mempunyai risiko yang rendah sesuai dengan tempat tinggalnya yang baru. Data-data Ini sesuai dengan teori yang menyatakan virus mungkin merupakan penyebabnya dengan periode laten yang panjang antara paparan awal dengan awitan (onset penyakit). Mekanisme kerjanya mungkin merupakan reaksi autoimun yang menyerang mielin.
Penyelidikan lain mengajukan kemungkinan adanya faktor-faktor genetik sehingga ada orang-orang yang lebih rentan terhadap serangan berbagai virus yang bereaksi lambat pada Sistem saraf pusat. Virus lambat ini mempunyai masa inkubasi yang lama dan mungkin hanya berkembang dalam kaitannya dengan status imun yang abnormal atau terganggu
Sklerosis ditandai dengan adanya bercak kerusakan mielin yang tersebar diikuti dengan gliosis dan substansia alba sistem persarafan. Bercak-bercak berwarna kekuning-kuningan dan keras yang ditemukan pada otopsi dipakai sebagai sumber nama penyakit ini. Sifat perjalanan penyakit merupakan serangkaian serangan pada berbagai bagian sistem saraf pusat. Setiap serangan memperlihatkan derajat remisi tertentu tetapi secara menyeluruh gambarannya adalah ke arah yang buruk (Brunner dan Suddarth, 2002).
Secara klinis, akan terjadi akumulasi progresif seperti masalah penglihatan,kelemahan pada otot, penurunan daya indra, depresi, kesulitan koordinasi dan berbicara, rasa sakit dan bahkan kelumpuhan. Secara paraklinis, akan terjadi kerusakan akson dan lebam pada otak dan sumsum tulang belakang akibat peradangan fase akut dan gliosis yang terjadi berulangkali pada akson dan glia. Rasio IL-12 dan IFN-gamma dalam darah juga mengalami peningkatan.Secara paraklinis, akan terjadi kerusakan akson dan lebam pada otak dan sumsum tulang belakang akibat peradangan fase akut dan gliosis yang terjadi berulangkali pada akson dan glia. Rasio IL-12 dan IFN-gamma dalam darah juga mengalami peningkatan.


E. Jenis-jenis MS
Relapsing-Remitting MS (MS Hilang-Timbul/Kambuhan)
o   Pada MS jenis ini, terjadi beberapa kali kekambuhan (serangan) yang tidak terduga. Serangan ini berlangsung dalam waktu yang bervariasi (dalam hitungan hari atau bulan) dan dapat pulih secara parsial atau total. Jenis ini dapat bersifat ‘tidak aktif’ selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.  
o   Frekuensi – kurang lebih 25%

Benign MS (MS Jinak)
·         Setelah satu atau dua kali serangan dan kemudian pulih total, MS jenis ini tidak mengalami perburukan dan tidak timbul kecacatan permanen. MS jinak hanya dapat diidentifikasi ketika adanya  ringan yang timbul pada masa 10 – 15 tahun setelah serangan dan pada awalnya dapat dikategorikan sebagai MS hilang-timbul. MS jinak cenderung berhubungan  dengan gejala-gejala yang tidak parah ketika terjadinya serangan (contohnya pada sistem sensorik).
·         Frekuensi – kurang lebih 20%

Secondary Progressive MS (MS Progresif Sekunder)
·         Bagi beberapa orang yang pada awalnya mengalami MS hilang – timbul, dalam perjalanan penyakitnya ada bentuk perkembangan lebih lanjut yang mengarah pada ketidakmampuan yang bersifat progresif, dan seringkali disertai kekambuhan terus menerus. 
·          Frekuensi – kurang lebih 40%

Primary Progressive MS (MS Progresif Primer)
o   MS jenis ini ditandai dengan tidak adanya serangan yang parah, tetapi ada serangan-serangan kecil dengan gejala-gejala yang  terus memburuk secara nyata. Terjadi satu akumulasi perburukan dan ketidakmampuan yang dapat membawa penderita pada tingkat/titik yang semakin rendah atau terus berlanjut hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun. 
o   Frekuensi – kurang lebih 15%


F. Epidemiologi

Penyakit ini lebih sering dijumpai pada daerah beriklim sedang (Eropa Utara dan Amerika Utara), dengan insidens kurang lebih 10 per 10.000 penduduk. Penyakit ini jarang ditemukan di daerah tropis tetapi multipel sklerosis juga jarang dijumpai di Jepang. Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga dekat.Peta dunia yang menunjukkan bahwa risiko terkena MS makin tinggi dengan meningkatnya jarak dari khatulistiwa. Di Eropa utara, Amerika Utara, dan Australasia, sekitar satu dari 1000 warganegara menderita sklerosis ganda, sementara di jazirah Arab, Asia, dan Amerika Selatan, persentasenya jauh lebih rendah. Di Afrika sub-Sahara, MS sangat jarang. Dengan beberapa pengecualian, ada gradasi utara-selatan di belahan bumi utara dan gradasi selatan-utara di belahan bumi selatan, dengan MS lebih jarang di sekitar khatulistiwa.

G. Komplikasi

Komplikasi yang biasanya sering terjadi pada multiple skelrosis adalah :
Disfungsi pernafasan,Infeksi kandung kemih, infeksi sistem pernafasan,sepsis, Komplikasi dari imobilitas,dekubitus, Konstipasi, deformitas kontraktur, edema depemden pada kaki, pneumonia dan depresi reeaktif, masalh-masalh emosi, social, pernikahan, ekonomi, pendidikan juga dapat menjadi akibat dari penyakit.

H. Pemeriksaan Diagnostic

Dalam menegakkan diagnosis multiple sklerosis dibutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

·         Pemeriksaan elektroporesis susunan saraf pusat, antibody Ig dalam SSP yang abnormal.
Pemeriksaan elektroforesis terhadap SSP biasanya mengungkap adanya ikatan oligoklonal (beberapa pita imunoglobulin gamma [IgG]), yang menunjukkan abnormalitas imunoglobulin. Dalam kenyataannya, hampir 95% antibodi IgG normal terlihat di SSP pada klien dengan multipel skierosis. Pemeriksaan potensial bangkitan dilakukan untuk membantu memastikan luasnya proses penyakit den memantau perubahan.
·          Gambaran MRI ditemukan sedikit scar plag sepanjang substansia alba dari SSP.
CT scan dapat menunjukkan atrofi serebri. MRI menjadi alat diagnostik utama untuk memperlihatkan plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit den efek pengobatan. Disfungsi kandung kemih yang mendasari diagnosis dengan pemeriksaan urodinamik. Pengujian neuropsikologis dapat diindikasikan untuk mengkaji kerusakan kognitif. Riwayat seksual menbantu untuk mengindentifikasi hal-hal kekhawatiran khusus.
Pemeriksaan MRI menunukkan bahwa banyak plak tidak menimbulkan gejala serius, dan pasien dengan plak ini tidak secara serius mengalami gangguan tetapi mengalami periode remisi yang panjang di antara episode remisi. Terdapat bukti bahwa remielinasi secara actual terjadi pada beberapa pasien.
·         Tes elektro-fisiologis, menimbulkan potensial-potensial, meneliti perjalanan impuls melalui saraf untuk menentukan apakah impuls-impuls bergerak secara normal atau terlalu lambat.
·         Akhirnya, pengujian cairan cerebro-spinal yang mengelilingi sumsum otak dan tulang belakang dapat mengidentifikasi bahan kimia yang tidak normal (antibodi) atau sel yang menunjukkan adanya multiple sclerosis.
I.                   Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien. Penatalaksanaan meliputi penatalaksanaan pada serangan akut dan kronik.
Program pengobatan sesuai dengan individu, kelompok, dan rasional yang menjadi indikasi untuk mengurangi gejala dan memberikan dukungan secara terus¬menerus. Banyak klien multipel skierosis mengalami keadaan stabil dan hanya memerlukan pengobatan yang lebih sering yang ditujukan pada pengontrolan gejala sedangkan yang lain mengalami progresi penyakit yang mantap.
1) Penatalaksanaan Serangan Akut ( Farmakoterapi )
·         Kortikosteroid dan ACTH digunakan sebagai agen anti-inflamasi yang dapat meningkatkan konduksi saraf, menurunkan inflamasi, kekambuhan dalam waktu singkat atau eksaserbasi (exacerbation). Karena mekanisme imun merupakan faktor patogenesis multipel sklerosis, make sejumlah agen farmakologik dicoba untuk modulasi respons imun dan menurunkan kecepatan perkembangan penyakit den serangan yang sering den menurunkan keadaan yang semakin buruk. Obat-obat ini mencakup azatioprin, sikiofosfamid, dan interferon.
·          Beta interferon (Betaseron) telah disetujui untuk digunakan dalam perjalanan relapsing-remitting. Beta interferon (Betaseron ®) digunakan untuk mempercepat penurunan gejala. Betaseron telah diketahui efektif dalam menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya eksaserbasi akut dengan pemindaian MRI yang menunjukkan area demielinisasi yang lebih kecil pada jaringan otak. ini merupakan obat baru yang dapat menjanjikan untuk pengobatan multipel skierosis meskipun telah ratusan kali dicoba.
·          Modalitas lain (misalnya radiasi, kopolimer 1, dan kladribin) sekarang masih diteliti sebagai pengobatan yang mungkin untuk bentuk multipel sklerosis progresif.
·          Baklofen sebagai agen antispasmodik merupakan pengobatan yang dipilih untuk spastisitas. Klien dengan spastisitas beret dan kontraktur memerlukan blok saraf dan intervensi pembedahan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut.
·          Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi penyakit
2) Penatalaksanaan Gejala Kronik
·         Pengobatan spastic dengan bacloferen (Lioresal®), dantrolene (Dantrium®), diazepam (Valim®), terapi fisik, intervensi pembedahan.
·         Kontrol kelelahan dengan namatidin (Simmetrel®).
·         Pengobatan depresi dengan antidepresan dan konseling.
·          Penatalaksanaan kandung kemih dengan antikolinergik dan pemasangan kateter tetap.
Penatalaksanaan terhadap kontrol berkemih dan defekasi pada kebanyakan masalah sulit klien. Umumnya, gejala disfungsi kandung kemih dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu ketidakmampuan untuk menyimpan urine (hiperefleksi; tidal tertahan), ketidakmarnpuan mengosongkan kandung kemih (hiporefleksi, hipotonik), dan campuran kedua tipe. Berbagai variasi pengobatan digunakan untuk mengatasi masalah masalah ini. Kateterisasi sendiri yang dilakukan secara sering efektif digunakan untuk disfungsi kandung kemih.
Infeksi saluran kemih sering terjadi akibat disfungsi neurologis. Asam askorbat dapat diberikan untuk mengasamkan urine, sehingga menurunkan kemungkinan bakteri untuk bertumbuh. Antibiotik diberikan bile dibutuhkan,
·          Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria.
·         Penatalaksanaan rehabilitasi dengan terapi fisik dan terapi kerja.
·         Kontrol distonia dengan karbamazim (Treganol®).
·         Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (Tegratol®), feniton (Dilantin®), perfenazin dengan amitriptilin (Triavili®)
Ada banyak isu untuk pasien dan dokter untuk dipertimbangkan dalam mengobati multiple sclerosis. Tujuan mungkin termasuk:
  • meningkatkan kecepatan pemulihan dari serangan (pengobatan dengan obat steroid);
  •  mengurangi jumlah serangan atau jumlah lesi MRI, atau
  • mencoba untuk memperlambat perkembangan penyakit (pengobatan dengan obat penyakit memodifikasi atau DMDS).
Tujuan lain adalah bantuan dari komplikasi karena hilangnya fungsi organ yang terkena (pengobatan dengan obat bertujuan gejala spesifik).
Kebanyakan ahli saraf akan mempertimbangkan pengobatan dengan DMDS setelah diagnosis kekambuhan multiple sclerosis remitting didirikan. Banyak akan mulai perawatan pada saat serangan pertama sclerosis ganda, sejak uji klinis menunjukkan bahwa pasien yang pengobatan tertunda tidak dapat mengambil manfaat sebanyak pasien yang diobati dini.
Penting bagi pasien untuk berbicara dengan dokter mereka sebelum memutuskan untuk melanjutkan terapi sejak DMDS berbeda dalam penggunaannya (misalnya, satu DMD dapat digunakan untuk memperlambat cacat maju tetapi tidak untuk pengobatan serangan pertama MS; DMD lain mungkin digunakan untuk mengurangi kekambuhan tetapi tidak untuk memperlambat kemajuan cacat). Akhirnya, memanfaatkan kelompok pendukung atau konseling dapat membantu untuk pasien dan keluarga mereka yang hidupnya mungkin akan terpengaruh langsung oleh multiple sclerosis.
Begitu tujuan telah ditetapkan, terapi awal mungkin termasuk obat-obatan untuk mengelola serangan, gejala, atau keduanya. Pemahaman tentang potensi efek samping obat sangat penting untuk pasien karena efek samping yang kadang-kadang saja mencegah pasien dari terapi obat. Pasien dapat memilih untuk menghindari obat-obatan sama sekali atau memilih obat alternatif yang mungkin menawarkan bantuan dengan efek samping yang lebih sedikit. Sebuah dialog terus menerus antara pasien dan dokter tentang obat adalah penting dalam menentukan kebutuhan untuk pengobatan.
Obat diketahui mempengaruhi sistem kekebalan tubuh telah menjadi fokus utama untuk mengelola multiple sclerosis. Awalnya, kortikosteroid, seperti prednison (Deltasone, Pred Cair, Deltasone, Orasone, Prednicen-M) atau metilprednisolon (Medrol, Depo-Medrol), telah banyak digunakan. Namun, karena efeknya pada sistem kekebalan tubuh non-spesifik (umum) dan mereka dapat menggunakan dapat menyebabkan efek samping banyak, kortikosteroid sekarang cenderung digunakan untuk mengelola hanya serangan sclerosis parah beberapa (yaitu, serangan yang menyebabkan cacat fisik atau menyebabkan nyeri).

Interferons for relapsing multiple sclerosis Interferon untuk kekambuhan multiple sclerosis

Sejak tahun 1993, obat-obatan yang mengubah sistem kekebalan tubuh, terutama interferon, telah digunakan untuk mengelola multiple sclerosis. Interferon adalah protein utusan yang sel-sel sistem kekebalan memproduksi dan digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain. Ada berbagai jenis interferon, seperti alpha, beta, dan gamma. Semua interferon memiliki kemampuan untuk mengatur sistem kekebalan tubuh dan berperan penting dalam melindungi terhadap penyusup termasuk virus. Setiap interferon berfungsi secara berbeda, tapi fungsi tumpang tindih. Para interferon beta telah ditemukan berguna dalam mengelola multiple sclerosis.
  • Interferon beta-1b (Betaseron ®) adalah interferon pertama disetujui di AS untuk mengelola RR-MS pada tahun 1993.
  • Pada tahun 1996, intramuskular interferon beta-1a (Avonex ®) mendapat persetujuan FDA untuk RR-MS.
  • Subkutan Interferon beta-1a (Rebif ®) disetujui di AS pada tahun 2002.
  • FDA juga menyetujui pemasaran Interferon beta-1b dengan merek Extavia ® pada 2009.
Secara keseluruhan, pasien yang diobati dengan interferon mengalami lebih sedikit relaps atau suatu interval yang lebih panjang antara kambuh. Avonex ® dan Rebif ® digunakan untuk memperlambat cacat berkembang. Efek samping yang paling umum adalah sindrom seperti flu yang mencakup demam, kelelahan, kelemahan, menggigil, dan nyeri otot. Sindrom ini cenderung terjadi lebih jarang sebagai terapi terus. . Efek samping lain yang umum adalah reaksi di tempat injeksi, perubahan jumlah sel darah, dan kelainan tes-tes hati . Tes-tes hati Reguler dan jumlah darah yang direkomendasikan untuk pasien yang menerima beta-interferon. Tiroid pengujian fungsi periodik juga dianjurkan karena efek beta-interferon pada kelenjar tiroid. Dengan penggunaan seiring analgesik dan berkembang keperawatan dengan pengalaman mengelola reaksi kulit lokal, tolerabilitas untuk interferon tampaknya telah meningkat selama bertahun-tahun.
Uji klinis beta-interferon pada pasien dengan serangan pertama dari multiple sclerosis menunjukkan bahwa pada populasi pasien awal, serangan kedua ditunda. Interferon disetujui oleh FDA untuk pengobatan pada serangan pertama dari multiple sclerosis termasuk Avonex ®, yang intramuskular seminggu sekali, dan Betaseron ® atau Extavia ®, yang diberikan subkutan setiap hari.
Tersedia beta-interferon meliputi:
Interferon beta-1b ( Betaseron ® dan Extavia ®) digunakan untuk pengobatan kekambuhan bentuk multiple sclerosis, untuk mengurangi frekuensi relaps klinis. Pasien dengan multiple sclerosis di antaranya keberhasilan telah ditunjukkan mencakup pasien yang mengalami episode klinis pertama dan memiliki fitur MRI konsisten dengan multiple sclerosis.
Interferon beta-1a ( Rebif ®) digunakan untuk pengobatan pasien dengan kekambuhan bentuk multiple sclerosis untuk mengurangi frekuensi relaps klinis dan menunda akumulasi dari ketidakmampuan fisik.Keberhasilan Rebif ® pada multiple sclerosis progresif yang kronis belum ditetapkan.
Interferon beta-1a ( Avonex ®) digunakan untuk pengobatan pasien dengan kekambuhan bentuk multiple sclerosis untuk memperlambat akumulasi cacat fisik dan mengurangi frekuensi kambuh klinis. Pasien dengan multiple sclerosis di antaranya keberhasilan telah ditunjukkan mencakup pasien yang mengalami episode klinis pertama dan memiliki fitur MRI konsisten dengan multiple sclerosis. Keamanan dan kemanjuran pada pasien dengan multiple sclerosis progresif belum ditetapkan.

 

Obat lain disetujui untuk kekambuhan multiple sclerosis

Glatiramer asetat (Copaxone)
Asetat glatiramer (Copaxone) adalah DMD yang disetujui untuk mengurangi frekuensi relaps pada RR-MS. Asetat glatiramer adalah sintetis (buatan manusia) asam amino campuran yang mungkin serupa dengan komponen protein dari myelin. Diperkirakan bahwa reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap myelin pada multiple sclerosis mungkin diblokir atau berkurang oleh asetat glatiramer. Reaksi yang terjadi segera setelah injeksi asetat glatiramer adalah umum, mempengaruhi satu dari 10 pasien. Reaksi mungkin melibatkan flushing, nyeri dada atau sesak, jantung berdebar , gelisah , sesak napas , sesak di tenggorokan, atau gatal-gatal . Reaksi biasanya sembuh dalam waktu 30 menit dan membutuhkan pengobatan. Beberapa pasien mungkin berada pada risiko mengembangkan lipoatrofi, peradangan dan kerusakan jaringan lemak di bawah kulit di tempat injeksi.
Natalizumab (Tysabri®) Natalizumab (Tysabri ®)
Natalizumab (Tysabri ®) adalah obat yang disetujui oleh FDA untuk mengobati kekambuhan multiple sclerosis. Natalizumab adalah antibodi monoklonal terhadap VLA-4, sebuah molekul yang diperlukan untuk sel kekebalan untuk mematuhi sel lain, dan menembus ke otak. Hal ini diberikan melalui infus intravena bulanan. Ini membawa peringatan bagi penyakit yang berpotensi fatal, progressive multifocal leukoencephalopathy (PML), infeksi virus dari otak yang biasanya menyebabkan kematian atau cacat berat. Untuk alasan ini hanya pasien yang telah mendaftar untuk pengobatan berdasarkan program distribusi obat terkontrol dapat menerima pengobatan dengan natalizumab.
Natalizumab digunakan sendiri untuk pengobatan pasien dengan kekambuhan bentuk multiple sclerosis untuk menunda perkembangan cacat fisik dan mengurangi frekuensi kambuh klinis. Keamanan dan kemanjuran natalizumab lebih dari dua tahun tidak diketahui. Risiko PML dapat meningkat dengan kontak yang terlalu lama natalizumab. Karena kenaikan natalizumab risiko PML, umumnya direkomendasikan hanya untuk pasien yang memiliki respon cukup, atau tidak dapat mentoleransi terapi alternatif sklerosis ganda.



Mitoxantrone (Novantrone ®)
Mitoxantrone (Novantrone ®) disetujui oleh FDA untuk pengobatan multiple sclerosis (SP-MS, PR-MS, dan memburuknya RR-MS). Mitoxantrone adalah kemoterapi obat yang membawa risiko serius efek samping jantung atau kanker ( leukemia ). Karena efek samping yang serius, dokter cenderung untuk mencadangkan penggunaannya untuk kasus yang lebih maju atau memburuknya multiple sclerosis, dan ada batas untuk jumlah total mitoxantrone yang dapat diberikan. Pemantauan jantung sebelum setiap dosis dan tahunan setelah dosis terakhir mitoxantrone juga diperlukan.
Mitoxantrone digunakan untuk mengurangi kecacatan neurologis dan / atau frekuensi relaps klinis pada pasien dengan SP-MS, PR-MS, atau memburuk RR-MS (misalnya, pasien yang status neurologis secara signifikan abnormal antara kambuh). Mitoxantrone tidak digunakan dalam pengobatan pasien dengan PP-MS.
Fingolimod (Gilenya®) Fingolimod (Gilenya ®)
Fingolimod (Gilenya ®) adalah obat oral harian untuk mengobati MS yang telah disetujui oleh FDA Amerika Serikat pada September 2010 sebagai obat oral pertama untuk mengobati MS. Meskipun mekanisme yang tepat tindakan fingolimod tidak jelas, tampaknya untuk bekerja dengan mengurangi jumlah limfosit (sejenis sel darah putih yang penting untuk kekebalan tubuh dan proses peradangan) dalam darah. Fingolimod diambil setiap hari dalam bentuk kapsul. Ini bukan obat untuk MS, tetapi telah terbukti menurunkan jumlah flare MS dan memperlambat perkembangan kecacatan fisik yang disebabkan oleh MS. Seperti terapi suntik banyak untuk MS, keamanan jangka panjang dari fingolimod tidak diketahui. Efek samping yang paling umum dari fingolimod adalah sakit kepala, flu, diare, nyeri punggung, peningkatan enzim hati dalam darah, dan batuk. Efek samping lain yang juga mungkin termasuk masalah mata, sehingga mereka yang memakai obat ini harus memiliki evaluasi ophthalmologic biasa.



Bagaimana manifestasi fisik dari multiple sclerosis diobati?

Ada obat banyak yang digunakan untuk mengelola komplikasi yang terkait dengan multiple sclerosis. Tabel berikut berisi daftar komplikasi umum, contoh terapi obat dan non-obat, dan komentar tentang komplikasi dan / atau manajemen. Di antaranya, hanya dalfampridine (Ampyra ®) telah disetujui oleh FDA sebagai pengobatan simtomatik (non-DMD) untuk multiple sclerosis.
Tabel komplikasi Multiple sclerosis dengan contoh-contoh pengelolaan obat dan non-obat (daftar ini tidak menyeluruh, sebagian besar obat tercantum di bawah ini digunakan untuk mengobati gejala multiple sclerosis meskipun mereka belum disetujui FDA untuk tujuan tertentu)..
Komplikasi
 Obat-obatan
 Non-manajemen obat dan komentar
) Kesulitan berjalan (kelambatan)
dalfamipridine (Ampyra)
dalfamipridine (Ampyra) telah disetujui FDA pada 2010 untuk meningkatkan berjalan pada pasien dengan MS. Terapi fisik, peralatan orthotic, dan alat bantu berjalan juga saya bermanfaat.
kelenturan
baclofen (Lioresal)
tizanidine (Zanaflex)
diazepam (Valium)
clonazepam (Klonopin)
dantrolene (Dantrium)
Terapi fisik juga dapat memberikan manfaat. Kebanyakan obat diberikan melalui mulut. Beberapa obat diberikan melalui pompa tulang belakang.
Kelemahan
 Tidak ada
Terapi fisik dan latihan digunakan terutama. Kawat gigi kaki, tongkat atau walker adalah manfaat.
Mata masalah (akut neuritis optik )
methylprednisolone (Solu-Medrol)
Solu-Medrol diberikan selama serangan akut secara intravena, kadang-kadang diikuti dengan kortikosteroid melalui mulut.
Kelelahan, emosional ledakan
Anti-depressants Anti-depresi
amantadine (Symmetrel) untuk kelelahan;
fatigue
modafinil (Provigil) untuk kelelahan

Mengurangi atau menghindari aktivitas fisik dan paparan panas.
Amitriptyline digunakan untuk tiba-tiba tertawa / menangis.
Pain Sakit
aspirin
Ibuprofen acetaminophen anti-convulsants , Anti-depresi
Aspirin, NSAID , asetaminofen, atau terapi fisik digunakan untuk otot dan nyeri punggung . Anti-convulsants, seperti carbamazepine (Tegretol) atau gabapentin (Neurontin) digunakan untuk nyeri wajah atau anggota tubuh. Anti-depressants atau stimulasi listrik digunakan untuk nyeri menusuk-nusuk, kesemutan intens, dan pembakaran. Rujukan ke spesialis nyeri direkomendasikan dengan nyeri yang hebat.
Bladder dysfunction Kandung kemih disfungsi
Antibiotik
Vitamin C
oxybutynin (Ditropan)
Antibiotik digunakan untuk mengelola infeksi.

Vitamin C dan jus cranberry digunakan untuk mencegah infeksi.

Kateter digunakan untuk meringankan retensi urin.
Oxybutynin (Ditropan, Ditropan LX, Oxytrol) atau tolterodine (Detrol, Detrol LA) digunakan untuk disfungsi kandung kemih.
Meningkatkan cairan dan serat .
Disfungsi seksual
Vaginal gels sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), vardenafil (Levitra), papaverine , gel vagina
Untuk laki-laki, disfungsi ereksi obat, papaverin, implan penis, atau electrostimulation digunakan.

.Untuk perempuan, gel vagina atau perangkat bergetar digunakan.
Sering resisten terhadap pengobatan. Terkadang obat-obatan atau operasi digunakan jika tremor yang parah.



 Sumber :
Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem persyarafan. Jakarta : salemba medika
Suzanne c.smeltzer& brenda G.bare. 2003.Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner& suddarth edisi 8 . Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC
Fransisca B. Batticaca.2008. asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persyarafan. Jakarta : salemba medika
Multiple Sclerosis International Federation – MSIF 2007)

1 komentar:

  1. Dahulu ada saudara saya yg kena penyakit multiple sceloris ini dan sudah sembuh... Semenjak rutin brobat dng dr eliza atas saran teman nya yg sedang jenguk saudara saya tu... Jadi dia rutin konsultasi dan minum obat yg sudah di resepkan oleh dr eliza tr sebut kalau gak salah dulu selama 6 bulan dia brobat dng dr eliza dan trapi di rumah sakit...ni juga kak saya fitri lagi brobat dng dr eliza semoga juga bisa sembuh amin... Yg masih bingung mau konsultasi dan brobat kemana saya sarankan kita sama sama brobat ke dr eliza semoga bisa sama sama sembuh no hp dr eliza 082269614664 kakak saya sudah 1 bulan brobat dng beliau... Mohon doa ny semoga bisa sembuh ya...

    BalasHapus