BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian
Sklerosis multiple ( SM ) merupakan keadaan
kronis penyakit system syaraf pusat degenerative yang dikarakteristikkan oleh
adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis. Demielinasi
menunjukkan kerusakan myelin yang menunjukkan adanya adanya material lunak dan
protein di sekitar serabut-serabut syaraf otak dan medulla spinalis, yang
menghasilkan gangguan transmisi impuls syaraf.
Myelin adalah materi yang melindungi syaraf,
berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan memudahkan syaraf
untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi pengiriman
impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang halus, cepat,dan
terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit upaya. Kerusakan myelin
(demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan
pesan ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi)
tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka
ini tampak pada otak dan tulang belakang.
Multiple Sklerosis (Multiple Sclerosis – MS)
adalah penyakit kronis pada sistem saraf pusat (SSP) yang dikarakteristikan
oleh sedikit lapisan dari batas substansia alba pada saraf optik, otak dan
medulla spinalis. Multipel sklerosis paling sering ditemukan pada usia muda.
Kasus ini sedikit lebih banyak menyerang wanita dibandingkan dengan pria. Usia
rata-rata penderita penyakit ini adalah 30 tahun, dengan batas antara 18-40
tahun.
MS
adalah salah satu penyakit sistem syaraf pusat (otak dan jaringan syaraf
sum-sum tulang belakang) akibat kerusakan myelin. Myelin adalah materi yang
melindungi syaraf, berfungsi seperti lapisan pelindung pada kabel listrik dan
memudahkan syaraf untuk mengirim impulsnya dengan cepat. Kecepatan dan
efisiensi pengiriman impuls inilah yang memungkinkan sebuah gerakan tubuh yang
halus, cepat,dan terkoordinasi dilakukan hanya dengan sedikit upaya. Pada MS,
kerusakan myelin (demyelinasi) menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf
untuk menghantarkan ‘pesan’ ke dan dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan
myelin (plak atau lesi) tampak seperti area (parut/luka) yang mengeras: pada
MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada otak dan tulang belakang.
B. Etiologi
Multiple
sclerosis biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti :
1.
Lapisan
merujuk pada destruksi myelin, lemak dan material protein yang menutupi lapisan
saraf tertentu dalam otak dan medulla spinalis dimana Lapisan ini mengakibatkan
gangguan transmisi impuls saraf.
2.
Perubahan
inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yang berefek terhadap lapisan
saraf.
3.
Penyebab
tidak diketahui tetapi kemungkinan karena factor predisposisis yang berhubungan
dengan disfungsi autoimun, kelainan genetik atau proses infeksi oleh virus
4.
Virus : infeksi retrovirus akan menyebabkan kerusakan
oligodendroglia.
5.
Bakteri : reaksi
silang sebagai respon perangsang heat shock protein sehingga menyebabkan
pelepasan sitokin
C. Manifestasi klinis multiple
Sklerosis
Multiple sclerosis memiliki kondisi
yang sangat variabel dan gejala-gejalanya bergantung pada area sistem syaraf
pusat yang terserang. Tidak ada pola khusus pada MS dan setiap penderita MS
memiliki kekhasan gejalanya sendiri-sendiri, yang bentuknya dari waktu ke waktu
bervariasi dan tingkat keparahan serta jangka waktunya pun dapat berubah, dan
semua variasi dan perubahan itu dapat terjadi bahkan pada penderita yang sama.
Tidak ada MS yang tipikal. Kebanyakan penderita MS akan mengalami lebih dari
satu gejala, tetapi meskipun ada gejala-gejala umum yang diderita banyak orang,
tidak ada seorangpun yang memiliki semua gejala tersebut sekaligus.
Perjalanan SM dapat menunjukkan banyak
pola yang berbeda. Banyak pasien mulai dengan perjalanan relapsing remitting
dengan pemulihan komplit di antara kesembuhan. Pasien lain mengalami perjalanan
progressif kronik dari awitan dengan penurunan fungsi progressif. Perjalan
penyakit progressif yang cepat jarang terjadi. Pada pasien yang lain, penyakit
mengikuti perjalanan penyakit jinak. Sepanjang hidup dan gejala sangat ringan
sehingga pasien tidak mencari bantuan kesehatan ataupun pengobatan.
Gangguan Penglihatan
·
Penglihatan kabur
·
Penglihatan membayang
(diplopia)
·
Neuritis optikal
·
Pergerakan mata yang
tak terkontrol
·
kebutaan (sangat
jarang terjadi)
Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi
·
hilang keseimbangan
tubuh
·
Gemetar (tremor)
·
ketidakstabilan
kemampuan berjalan (ataksia)
·
pusing (vertigo)
·
kekakuan anggota
tubuh
·
gangguan koordinasi
·
perasaan lemah: pada
kasus tertentu hal ini dapat mempengaruhi kaki dan kemampuan berjalan
Kekakuan (spasticity)
·
kekakuan otot yang
dapat mempengaruhi mobilitas dan cara berjalan
·
kejang
Gangguan indra perasa
·
perasaan geli di
beberapa bagian tubuh
·
perasaan seperti di
tusuk-tusuk jarum
·
kebas (paraesthesia)
·
perasaan seperti
terbakar
·
nyeri dapat menyertai
penyakit MS, contohnya, nyeri di wajah (seperti trigeminal neuralgia), dan
nyeri otot.
Gangguan kemampuan berbicara
·
perlambatan cara
berbicara
·
berbicara seperti
menggumam
·
perubahan ritme
berbicara
·
sulit menelan
(dysphagia)
Keletihan berlebihan
·
Perasaan lemah dan
letih yang datang tidak terduga dan tidak sebanding dengan aktivitas yang
sedang dikerjakan. Keletihan berlebihan adalah gejala penyakit MS yang paling
umum (dan yang paling menyusahkan).
Gangguan kandung kemih dan usus
·
Gangguan kandung
kemih meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat buang air kecil secara
tuntas atau tidak bisa menahan air kecil.
·
Gangguan usus
meliputi: konstipasi/sembelit, dan kadang-kadang diare.
Gangguan Seksual
·
impoten
·
Berkurangnya
kemampuan seksual
·
kehilangan gairah
Sensitivitas terhadap Panas
·
perburukan
gejala-gejala yang dialami karena udara panas
Gangguan Kognitif dan Emosi
·
kehilangan memori
jangka pendek
·
kehilangan kemampuan
konsentrasi, penilaian, penalaran
D. Patofisiologi
Penyebab MS belum diketahui, saat ini
seluruh dunia masih melakukan penelitian untuk mencari penyebab pasti penyakit
MS. Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari sistem
kekebalan tubuh terutama focal lymphocytic infiltration (sel T secara
terus-menerus bermigrasi menuju lokasi dan melakukan penyerangan seperti yang
layak terjadi pada setiap infeksi). Sitem kekebalan tubuh ini seharusnya
melindungi tubuh dari serangan organisme berbahaya (bakteri dan virus). Banyak
jenis MS yang menampakkan gejala penyakit kekebalan tubuh, dimana tubuh
menyerang sel-sel dan jaringan-jaringannya sendiri (dalam kasus MS, yang
diserang adalah Myelin). Para peneliti belum mengetahui apa yang memicu sistem
kekebalan tubuh tersebut menyerang myelin, tetapi ada satu pemikiran bahwa hal
tersebut terjadi karena beberapa faktor.
Satu teori menyebutkan bahwa virus,
yang mungkin sudah menetap lama dalam tubuh, mungkin memainkan peranan penting
dalam perkembangan penyakit ini dan mungkin mengganggu sistem kekebalan atau
secara tidak langsung mengubah proses sistem kekebalan tubuh. Banyak penelitian
yang sudah mencoba mengidentifikasi virus MS. Ada satu dugaan bahwa kemungkinan
tidak ada virus MS, melainkan hanya ada virus-virus biasa, seperti virus campak
( rubella ) dan herpes, yang menjadi pemicu timbulnya penyakit MS. Pada
penderita multipel sklerosis ternyata serum dan cairan serebrospinal mengandung
berbagai antibodi campak serta ada bukti yang menyatakan bahwa zat anti
tersebut dihasilkan dalam otak.
Virus-virus ini mengaktifkan sel darah
putih (limposit) dalam aliran darah menuju ke otak dengan melemahkan mekanisme
pertahanan otak (yaitu substansi yang melindungi darah/otak). Kemudian, di
dalam otak, sel-sel ini mengaktifkan unsur-unsur lain dari sistem kekebalan
tubuh dengan satu cara yang pada akhirnya membuat sel-sel tersebut menyerang
dan menghancurkan myelin. Pada awalnya, setiap peradangan yang terjadi
berangsur menjadi reda sehingga memungkinkan regenerasi selaput mielin. Pada
saat ini, gejala awal MS masih berupa episode disfungsi neurologis yang
berulang kali membaik. Walaupun demikian, dengan berselangnya waktu, sitokina
yang disekresi oleh sel T akan mengaktivasi sejumlah mikroglia, dan astrosit
sejenis fagosit yang bermukim pada jaringan otak dan sumsum tulang belakang,
dan menyebabkan disfungsi sawar otak serta degenerasi saraf kronis yang
berkelanjutan.
Kerusakan myelin (demyelinasi)
menyebabkan gangguan kemampuan serabut syaraf untuk menghantarkan pesan ke dan
dari otak. Lokasi terjadinya kerusakan myelin (plak atau lesi) tampak seperti
area (parut/luka) yang mengeras: pada MS, parut-parut/luka-luka ini tampak pada
otak dan tulang belakang.
Penyebab lain MS belum diketahui, saat
ini seluruh dunia masih melakukan penelitian untuk mencari penyebab pasti
penyakit MS. Masih dipertanyakan apakah meningkatnya kasus pada keluarga
diakibatkan oleh predisposisi genetik (tidak terdapat pola herediter) atau
disebabkan karena sering kontak dengan agen infeksi (mungkin virus) pads masa
kanak-kanak yang entah dapat menyebabkan multipel sklerosis pads waktu mulai
menginjak masa dewasa muda.
Penyelidikan migrasi menunjukkan bahwa
jika orang dewasa pindah dari tempat dengan risiko tinggi ke tempat dengan
risiko rendah, mereka tetap mempunyai risiko tinggi untuk menderita multipel
sklerosis. Tetapi jika migrasi terjadi sebelum mencapai usia 15 tahun, maka
individu tersebut mempunyai risiko yang rendah sesuai dengan tempat tinggalnya
yang baru. Data-data Ini sesuai dengan teori yang menyatakan virus mungkin
merupakan penyebabnya dengan periode laten yang panjang antara paparan awal
dengan awitan (onset penyakit). Mekanisme kerjanya mungkin merupakan reaksi
autoimun yang menyerang mielin.
Penyelidikan lain mengajukan
kemungkinan adanya faktor-faktor genetik sehingga ada orang-orang yang lebih
rentan terhadap serangan berbagai virus yang bereaksi lambat pada Sistem saraf
pusat. Virus lambat ini mempunyai masa inkubasi yang lama dan mungkin hanya
berkembang dalam kaitannya dengan status imun yang abnormal atau terganggu
Sklerosis ditandai dengan adanya
bercak kerusakan mielin yang tersebar diikuti dengan gliosis dan substansia
alba sistem persarafan. Bercak-bercak berwarna kekuning-kuningan dan keras yang
ditemukan pada otopsi dipakai sebagai sumber nama penyakit ini. Sifat
perjalanan penyakit merupakan serangkaian serangan pada berbagai bagian sistem
saraf pusat. Setiap serangan memperlihatkan derajat remisi tertentu tetapi
secara menyeluruh gambarannya adalah ke arah yang buruk (Brunner dan Suddarth,
2002).
Secara klinis, akan terjadi akumulasi
progresif seperti masalah penglihatan,kelemahan pada otot, penurunan daya
indra, depresi, kesulitan koordinasi dan berbicara, rasa sakit dan bahkan
kelumpuhan. Secara paraklinis, akan terjadi kerusakan akson dan lebam pada otak
dan sumsum tulang belakang akibat peradangan fase akut dan gliosis yang terjadi
berulangkali pada akson dan glia. Rasio IL-12 dan IFN-gamma dalam darah juga
mengalami peningkatan.Secara paraklinis, akan terjadi kerusakan akson dan lebam
pada otak dan sumsum tulang belakang akibat peradangan fase akut dan gliosis
yang terjadi berulangkali pada akson dan glia. Rasio IL-12 dan IFN-gamma dalam
darah juga mengalami peningkatan.
E. Jenis-jenis MS
Relapsing-Remitting MS (MS Hilang-Timbul/Kambuhan)
o
Pada MS jenis ini,
terjadi beberapa kali kekambuhan (serangan) yang tidak terduga. Serangan ini
berlangsung dalam waktu yang bervariasi (dalam hitungan hari atau bulan) dan
dapat pulih secara parsial atau total. Jenis ini dapat bersifat ‘tidak aktif’
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
o
Frekuensi – kurang
lebih 25%
Benign MS (MS Jinak)
·
Setelah satu atau dua
kali serangan dan kemudian pulih total, MS jenis ini tidak mengalami perburukan
dan tidak timbul kecacatan permanen. MS jinak hanya dapat diidentifikasi ketika
adanya ringan yang timbul pada masa 10 – 15 tahun setelah serangan dan pada
awalnya dapat dikategorikan sebagai MS hilang-timbul. MS jinak cenderung
berhubungan dengan gejala-gejala yang tidak parah ketika terjadinya
serangan (contohnya pada sistem sensorik).
·
Frekuensi – kurang
lebih 20%
Secondary Progressive MS (MS Progresif Sekunder)
·
Bagi beberapa orang
yang pada awalnya mengalami MS hilang – timbul, dalam perjalanan penyakitnya
ada bentuk perkembangan lebih lanjut yang mengarah pada ketidakmampuan yang
bersifat progresif, dan seringkali disertai kekambuhan terus menerus.
·
Frekuensi – kurang lebih 40%
Primary Progressive MS (MS Progresif Primer)
o
MS jenis ini ditandai
dengan tidak adanya serangan yang parah, tetapi ada serangan-serangan kecil
dengan gejala-gejala yang terus memburuk secara nyata. Terjadi satu
akumulasi perburukan dan ketidakmampuan yang dapat membawa penderita pada
tingkat/titik yang semakin rendah atau terus berlanjut hingga berbulan-bulan
atau bertahun-tahun.
o
Frekuensi – kurang
lebih 15%
F. Epidemiologi
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada daerah
beriklim sedang (Eropa Utara dan Amerika Utara), dengan insidens kurang lebih
10 per 10.000 penduduk. Penyakit ini jarang ditemukan di daerah tropis tetapi
multipel sklerosis juga jarang dijumpai di Jepang. Penyakit ini sedikit lebih
banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita penyakit tersebut,
yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga dekat.Peta dunia yang
menunjukkan bahwa risiko terkena MS makin tinggi dengan meningkatnya jarak dari
khatulistiwa. Di Eropa utara, Amerika Utara, dan Australasia, sekitar satu dari
1000 warganegara menderita sklerosis ganda, sementara di jazirah Arab, Asia,
dan Amerika Selatan, persentasenya jauh lebih rendah. Di Afrika sub-Sahara, MS
sangat jarang. Dengan beberapa pengecualian, ada gradasi utara-selatan di
belahan bumi utara dan gradasi selatan-utara di belahan bumi selatan, dengan MS lebih jarang di sekitar
khatulistiwa.
G. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya sering terjadi pada multiple skelrosis adalah :
Disfungsi pernafasan,Infeksi kandung kemih, infeksi sistem pernafasan,sepsis, Komplikasi dari imobilitas,dekubitus, Konstipasi, deformitas kontraktur, edema depemden pada kaki, pneumonia dan depresi reeaktif, masalh-masalh emosi, social, pernikahan, ekonomi, pendidikan juga dapat menjadi akibat dari penyakit.
Disfungsi pernafasan,Infeksi kandung kemih, infeksi sistem pernafasan,sepsis, Komplikasi dari imobilitas,dekubitus, Konstipasi, deformitas kontraktur, edema depemden pada kaki, pneumonia dan depresi reeaktif, masalh-masalh emosi, social, pernikahan, ekonomi, pendidikan juga dapat menjadi akibat dari penyakit.
H. Pemeriksaan Diagnostic
Dalam menegakkan diagnosis multiple sklerosis dibutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
·
Pemeriksaan
elektroporesis susunan saraf pusat, antibody Ig dalam SSP yang abnormal.
Pemeriksaan elektroforesis terhadap SSP biasanya mengungkap adanya ikatan oligoklonal (beberapa pita imunoglobulin gamma [IgG]), yang menunjukkan abnormalitas imunoglobulin. Dalam kenyataannya, hampir 95% antibodi IgG normal terlihat di SSP pada klien dengan multipel skierosis. Pemeriksaan potensial bangkitan dilakukan untuk membantu memastikan luasnya proses penyakit den memantau perubahan.
Pemeriksaan elektroforesis terhadap SSP biasanya mengungkap adanya ikatan oligoklonal (beberapa pita imunoglobulin gamma [IgG]), yang menunjukkan abnormalitas imunoglobulin. Dalam kenyataannya, hampir 95% antibodi IgG normal terlihat di SSP pada klien dengan multipel skierosis. Pemeriksaan potensial bangkitan dilakukan untuk membantu memastikan luasnya proses penyakit den memantau perubahan.
·
Gambaran MRI ditemukan sedikit scar plag
sepanjang substansia alba dari SSP.
CT scan dapat menunjukkan atrofi serebri. MRI menjadi alat diagnostik utama untuk memperlihatkan plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit den efek pengobatan. Disfungsi kandung kemih yang mendasari diagnosis dengan pemeriksaan urodinamik. Pengujian neuropsikologis dapat diindikasikan untuk mengkaji kerusakan kognitif. Riwayat seksual menbantu untuk mengindentifikasi hal-hal kekhawatiran khusus.
Pemeriksaan MRI menunukkan bahwa banyak plak tidak menimbulkan gejala serius, dan pasien dengan plak ini tidak secara serius mengalami gangguan tetapi mengalami periode remisi yang panjang di antara episode remisi. Terdapat bukti bahwa remielinasi secara actual terjadi pada beberapa pasien.
CT scan dapat menunjukkan atrofi serebri. MRI menjadi alat diagnostik utama untuk memperlihatkan plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit den efek pengobatan. Disfungsi kandung kemih yang mendasari diagnosis dengan pemeriksaan urodinamik. Pengujian neuropsikologis dapat diindikasikan untuk mengkaji kerusakan kognitif. Riwayat seksual menbantu untuk mengindentifikasi hal-hal kekhawatiran khusus.
Pemeriksaan MRI menunukkan bahwa banyak plak tidak menimbulkan gejala serius, dan pasien dengan plak ini tidak secara serius mengalami gangguan tetapi mengalami periode remisi yang panjang di antara episode remisi. Terdapat bukti bahwa remielinasi secara actual terjadi pada beberapa pasien.
·
Tes
elektro-fisiologis, menimbulkan potensial-potensial, meneliti perjalanan impuls
melalui saraf untuk menentukan apakah impuls-impuls bergerak secara normal atau
terlalu lambat.
·
Akhirnya, pengujian cairan cerebro-spinal yang mengelilingi
sumsum otak dan tulang belakang dapat mengidentifikasi bahan kimia yang tidak
normal (antibodi) atau sel yang menunjukkan adanya multiple sclerosis.
I.
Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien. Penatalaksanaan meliputi penatalaksanaan pada serangan akut dan kronik.
Program pengobatan sesuai dengan individu, kelompok, dan rasional yang menjadi indikasi untuk mengurangi gejala dan memberikan dukungan secara terus¬menerus. Banyak klien multipel skierosis mengalami keadaan stabil dan hanya memerlukan pengobatan yang lebih sering yang ditujukan pada pengontrolan gejala sedangkan yang lain mengalami progresi penyakit yang mantap.
1)
Penatalaksanaan Serangan Akut ( Farmakoterapi )
·
Kortikosteroid
dan ACTH digunakan sebagai agen anti-inflamasi yang dapat meningkatkan konduksi
saraf, menurunkan inflamasi, kekambuhan dalam waktu singkat atau eksaserbasi
(exacerbation). Karena mekanisme imun merupakan faktor patogenesis multipel
sklerosis, make sejumlah agen farmakologik dicoba untuk modulasi respons imun
dan menurunkan kecepatan perkembangan penyakit den serangan yang sering den
menurunkan keadaan yang semakin buruk. Obat-obat ini mencakup azatioprin,
sikiofosfamid, dan interferon.
·
Beta interferon (Betaseron) telah disetujui
untuk digunakan dalam perjalanan relapsing-remitting. Beta interferon
(Betaseron ®) digunakan untuk mempercepat penurunan gejala. Betaseron telah
diketahui efektif dalam menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya
eksaserbasi akut dengan pemindaian MRI yang menunjukkan area demielinisasi yang
lebih kecil pada jaringan otak. ini merupakan obat baru yang dapat menjanjikan untuk
pengobatan multipel skierosis meskipun telah ratusan kali dicoba.
·
Modalitas lain (misalnya radiasi, kopolimer 1,
dan kladribin) sekarang masih diteliti sebagai pengobatan yang mungkin untuk
bentuk multipel sklerosis progresif.
·
Baklofen sebagai agen antispasmodik merupakan
pengobatan yang dipilih untuk spastisitas. Klien dengan spastisitas beret dan
kontraktur memerlukan blok saraf dan intervensi pembedahan untuk mencegah
kecacatan lebih lanjut.
·
Imunosupresan (immunosuppressant) dapat
menstabilkan kondisi penyakit
2)
Penatalaksanaan Gejala Kronik
·
Pengobatan
spastic dengan bacloferen (Lioresal®), dantrolene (Dantrium®), diazepam
(Valim®), terapi fisik, intervensi pembedahan.
·
Kontrol
kelelahan dengan namatidin (Simmetrel®).
·
Pengobatan
depresi dengan antidepresan dan konseling.
·
Penatalaksanaan kandung kemih dengan
antikolinergik dan pemasangan kateter tetap.
Penatalaksanaan terhadap kontrol berkemih dan defekasi pada kebanyakan masalah sulit klien. Umumnya, gejala disfungsi kandung kemih dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu ketidakmampuan untuk menyimpan urine (hiperefleksi; tidal tertahan), ketidakmarnpuan mengosongkan kandung kemih (hiporefleksi, hipotonik), dan campuran kedua tipe. Berbagai variasi pengobatan digunakan untuk mengatasi masalah masalah ini. Kateterisasi sendiri yang dilakukan secara sering efektif digunakan untuk disfungsi kandung kemih.
Infeksi saluran kemih sering terjadi akibat disfungsi neurologis. Asam askorbat dapat diberikan untuk mengasamkan urine, sehingga menurunkan kemungkinan bakteri untuk bertumbuh. Antibiotik diberikan bile dibutuhkan,
Penatalaksanaan terhadap kontrol berkemih dan defekasi pada kebanyakan masalah sulit klien. Umumnya, gejala disfungsi kandung kemih dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu ketidakmampuan untuk menyimpan urine (hiperefleksi; tidal tertahan), ketidakmarnpuan mengosongkan kandung kemih (hiporefleksi, hipotonik), dan campuran kedua tipe. Berbagai variasi pengobatan digunakan untuk mengatasi masalah masalah ini. Kateterisasi sendiri yang dilakukan secara sering efektif digunakan untuk disfungsi kandung kemih.
Infeksi saluran kemih sering terjadi akibat disfungsi neurologis. Asam askorbat dapat diberikan untuk mengasamkan urine, sehingga menurunkan kemungkinan bakteri untuk bertumbuh. Antibiotik diberikan bile dibutuhkan,
·
Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan
supositoria.
·
Penatalaksanaan
rehabilitasi dengan terapi fisik dan terapi kerja.
·
Kontrol
distonia dengan karbamazim (Treganol®).
·
Penatalaksanaan
gejala nyeri dengan karbamazepin (Tegratol®), feniton (Dilantin®), perfenazin
dengan amitriptilin (Triavili®)
Ada banyak isu untuk pasien dan dokter untuk
dipertimbangkan dalam mengobati multiple sclerosis. Tujuan mungkin termasuk:
- meningkatkan
kecepatan pemulihan dari serangan (pengobatan dengan obat steroid);
- mengurangi jumlah serangan atau jumlah
lesi MRI, atau
- mencoba
untuk memperlambat perkembangan penyakit (pengobatan dengan obat penyakit
memodifikasi atau DMDS).
Tujuan
lain adalah bantuan dari komplikasi karena hilangnya fungsi organ yang terkena
(pengobatan dengan obat bertujuan gejala spesifik).
Kebanyakan ahli saraf akan
mempertimbangkan pengobatan dengan DMDS setelah diagnosis kekambuhan multiple
sclerosis remitting didirikan. Banyak akan mulai perawatan pada saat serangan
pertama sclerosis ganda, sejak uji klinis menunjukkan bahwa pasien yang
pengobatan tertunda tidak dapat mengambil manfaat sebanyak pasien yang diobati
dini.
Penting bagi pasien untuk berbicara
dengan dokter mereka sebelum memutuskan untuk melanjutkan terapi sejak DMDS
berbeda dalam penggunaannya (misalnya, satu DMD dapat digunakan untuk
memperlambat cacat maju tetapi tidak untuk pengobatan serangan pertama MS; DMD
lain mungkin digunakan untuk mengurangi kekambuhan tetapi tidak untuk
memperlambat kemajuan cacat). Akhirnya, memanfaatkan kelompok pendukung atau
konseling dapat membantu untuk pasien dan keluarga mereka yang hidupnya mungkin
akan terpengaruh langsung oleh multiple sclerosis.
Begitu tujuan telah ditetapkan, terapi
awal mungkin termasuk obat-obatan untuk mengelola serangan, gejala, atau
keduanya. Pemahaman tentang potensi efek samping obat sangat penting untuk
pasien karena efek samping yang kadang-kadang saja mencegah pasien dari terapi
obat. Pasien dapat memilih untuk menghindari obat-obatan sama sekali atau
memilih obat alternatif yang mungkin menawarkan bantuan dengan efek samping
yang lebih sedikit. Sebuah dialog terus menerus antara pasien dan dokter
tentang obat adalah penting dalam menentukan kebutuhan untuk pengobatan.
Obat diketahui mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh telah menjadi fokus utama untuk mengelola multiple sclerosis.
Awalnya, kortikosteroid, seperti prednison
(Deltasone, Pred Cair, Deltasone, Orasone, Prednicen-M) atau metilprednisolon
(Medrol, Depo-Medrol), telah banyak digunakan. Namun, karena efeknya pada
sistem kekebalan tubuh non-spesifik (umum) dan mereka dapat menggunakan dapat
menyebabkan efek samping banyak, kortikosteroid sekarang cenderung digunakan
untuk mengelola hanya serangan sclerosis parah beberapa (yaitu, serangan yang
menyebabkan cacat fisik atau menyebabkan nyeri).
Interferons for relapsing multiple
sclerosis
Interferon untuk kekambuhan multiple sclerosis
Sejak
tahun 1993, obat-obatan yang mengubah sistem kekebalan tubuh, terutama
interferon, telah digunakan untuk mengelola multiple sclerosis. Interferon
adalah protein utusan yang sel-sel sistem kekebalan memproduksi dan digunakan
untuk berkomunikasi satu sama lain. Ada berbagai jenis interferon, seperti
alpha, beta, dan gamma. Semua interferon memiliki kemampuan untuk mengatur
sistem kekebalan tubuh dan berperan penting dalam melindungi terhadap penyusup
termasuk virus. Setiap interferon
berfungsi secara berbeda, tapi fungsi tumpang tindih. Para interferon beta
telah ditemukan berguna dalam mengelola multiple sclerosis.
- Interferon
beta-1b (Betaseron ®) adalah interferon pertama disetujui di AS untuk
mengelola RR-MS pada tahun 1993.
- Pada
tahun 1996, intramuskular interferon beta-1a (Avonex ®) mendapat
persetujuan FDA untuk RR-MS.
- Subkutan
Interferon beta-1a (Rebif ®) disetujui di AS pada tahun 2002.
- FDA
juga menyetujui pemasaran Interferon beta-1b dengan merek Extavia ® pada
2009.
Secara keseluruhan, pasien yang
diobati dengan interferon mengalami lebih sedikit relaps atau suatu interval
yang lebih panjang antara kambuh. Avonex ® dan Rebif ® digunakan untuk
memperlambat cacat berkembang. Efek samping yang paling umum adalah sindrom
seperti flu yang mencakup demam, kelelahan, kelemahan, menggigil, dan nyeri
otot. Sindrom ini cenderung terjadi lebih jarang sebagai terapi terus. . Efek samping lain yang umum adalah reaksi di
tempat injeksi, perubahan jumlah sel darah, dan kelainan tes-tes hati . Tes-tes hati Reguler dan jumlah darah yang direkomendasikan untuk
pasien yang menerima beta-interferon. Tiroid pengujian fungsi periodik juga
dianjurkan karena efek beta-interferon pada kelenjar tiroid. Dengan penggunaan
seiring analgesik dan berkembang keperawatan dengan pengalaman mengelola reaksi
kulit lokal, tolerabilitas untuk interferon tampaknya telah meningkat selama
bertahun-tahun.
Uji klinis beta-interferon pada pasien
dengan serangan pertama dari multiple sclerosis menunjukkan bahwa pada populasi
pasien awal, serangan kedua ditunda. Interferon disetujui oleh FDA untuk
pengobatan pada serangan pertama dari multiple sclerosis termasuk Avonex ®,
yang intramuskular seminggu sekali, dan Betaseron ® atau Extavia ®, yang
diberikan subkutan setiap hari.
Tersedia
beta-interferon meliputi:
Interferon beta-1b ( Betaseron
® dan Extavia
®) digunakan untuk
pengobatan kekambuhan bentuk multiple sclerosis, untuk mengurangi frekuensi
relaps klinis. Pasien dengan multiple sclerosis di antaranya keberhasilan telah
ditunjukkan mencakup pasien yang mengalami episode klinis pertama dan memiliki
fitur MRI konsisten dengan multiple sclerosis.
Interferon beta-1a ( Rebif ®) digunakan untuk pengobatan pasien
dengan kekambuhan bentuk multiple sclerosis untuk mengurangi frekuensi relaps
klinis dan menunda akumulasi dari ketidakmampuan fisik.Keberhasilan Rebif ®
pada multiple sclerosis progresif yang kronis belum ditetapkan.
Interferon beta-1a ( Avonex
®) digunakan untuk
pengobatan pasien dengan kekambuhan bentuk multiple sclerosis untuk
memperlambat akumulasi cacat fisik dan mengurangi frekuensi kambuh klinis.
Pasien dengan multiple sclerosis di antaranya keberhasilan telah ditunjukkan
mencakup pasien yang mengalami episode klinis pertama dan memiliki fitur MRI
konsisten dengan multiple sclerosis. Keamanan dan kemanjuran pada pasien dengan
multiple sclerosis progresif belum ditetapkan.
Obat
lain disetujui untuk kekambuhan multiple sclerosis
Glatiramer
asetat (Copaxone)
Asetat glatiramer
(Copaxone) adalah DMD yang disetujui untuk mengurangi frekuensi relaps pada
RR-MS. Asetat glatiramer adalah sintetis (buatan manusia) asam amino campuran
yang mungkin serupa dengan komponen protein dari myelin. Diperkirakan bahwa
reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap myelin pada multiple sclerosis mungkin
diblokir atau berkurang oleh asetat glatiramer. Reaksi yang terjadi segera
setelah injeksi asetat glatiramer adalah umum, mempengaruhi satu dari 10
pasien. Reaksi mungkin melibatkan flushing, nyeri dada atau
sesak, jantung berdebar
, gelisah , sesak napas ,
sesak di tenggorokan, atau gatal-gatal .
Reaksi biasanya sembuh dalam waktu 30 menit dan membutuhkan pengobatan.
Beberapa pasien mungkin berada pada risiko mengembangkan lipoatrofi, peradangan
dan kerusakan jaringan lemak di bawah kulit di tempat injeksi.
Natalizumab (Tysabri®) Natalizumab (Tysabri ®)
Natalizumab
(Tysabri ®) adalah obat yang disetujui oleh FDA untuk mengobati kekambuhan
multiple sclerosis. Natalizumab adalah antibodi monoklonal terhadap VLA-4,
sebuah molekul yang diperlukan untuk sel kekebalan untuk mematuhi sel lain, dan
menembus ke otak. Hal ini diberikan melalui infus intravena bulanan. Ini
membawa peringatan bagi penyakit yang berpotensi fatal, progressive multifocal
leukoencephalopathy (PML), infeksi virus dari otak yang biasanya menyebabkan
kematian atau cacat berat. Untuk alasan ini hanya pasien yang telah mendaftar
untuk pengobatan berdasarkan program distribusi obat terkontrol dapat menerima
pengobatan dengan natalizumab.
Natalizumab digunakan sendiri untuk
pengobatan pasien dengan kekambuhan bentuk multiple sclerosis untuk menunda
perkembangan cacat fisik dan mengurangi frekuensi kambuh klinis. Keamanan dan kemanjuran natalizumab lebih dari
dua tahun tidak diketahui. Risiko PML dapat meningkat dengan kontak yang
terlalu lama natalizumab. Karena kenaikan natalizumab risiko PML, umumnya
direkomendasikan hanya untuk pasien yang memiliki respon cukup, atau tidak
dapat mentoleransi terapi alternatif sklerosis ganda.
Mitoxantrone
(Novantrone ®)
Mitoxantrone
(Novantrone ®) disetujui oleh FDA untuk pengobatan multiple sclerosis (SP-MS,
PR-MS, dan memburuknya RR-MS). Mitoxantrone adalah kemoterapi obat
yang membawa risiko serius efek samping jantung atau kanker ( leukemia ).
Karena efek samping yang serius, dokter cenderung untuk mencadangkan
penggunaannya untuk kasus yang lebih maju atau memburuknya multiple sclerosis,
dan ada batas untuk jumlah total mitoxantrone yang dapat diberikan. Pemantauan
jantung sebelum setiap dosis dan tahunan setelah dosis terakhir mitoxantrone
juga diperlukan.
Mitoxantrone digunakan untuk
mengurangi kecacatan neurologis dan / atau frekuensi relaps klinis pada pasien
dengan SP-MS, PR-MS, atau memburuk RR-MS (misalnya, pasien yang status
neurologis secara signifikan abnormal antara kambuh). Mitoxantrone tidak digunakan
dalam pengobatan pasien dengan PP-MS.
Fingolimod (Gilenya®) Fingolimod (Gilenya ®)
Fingolimod
(Gilenya ®) adalah obat oral harian untuk mengobati MS yang telah disetujui
oleh FDA Amerika Serikat pada September 2010 sebagai obat oral pertama untuk
mengobati MS. Meskipun mekanisme yang tepat tindakan fingolimod tidak jelas,
tampaknya untuk bekerja dengan mengurangi jumlah limfosit (sejenis sel darah
putih yang penting untuk kekebalan tubuh dan proses peradangan) dalam darah.
Fingolimod diambil setiap hari dalam bentuk kapsul. Ini bukan obat untuk MS,
tetapi telah terbukti menurunkan jumlah flare MS dan memperlambat perkembangan
kecacatan fisik yang disebabkan oleh MS. Seperti terapi suntik banyak untuk MS,
keamanan jangka panjang dari fingolimod tidak diketahui. Efek samping yang
paling umum dari fingolimod adalah sakit kepala, flu, diare, nyeri punggung,
peningkatan enzim hati dalam darah, dan batuk. Efek samping lain yang juga
mungkin termasuk masalah mata, sehingga mereka yang memakai obat ini harus
memiliki evaluasi ophthalmologic biasa.
Bagaimana
manifestasi fisik dari multiple sclerosis diobati?
Ada obat banyak yang digunakan untuk
mengelola komplikasi yang terkait dengan multiple sclerosis. Tabel berikut
berisi daftar komplikasi umum, contoh terapi obat dan non-obat, dan komentar
tentang komplikasi dan / atau manajemen. Di antaranya, hanya dalfampridine
(Ampyra ®) telah disetujui oleh FDA sebagai pengobatan simtomatik (non-DMD)
untuk multiple sclerosis.
Tabel komplikasi Multiple sclerosis dengan
contoh-contoh pengelolaan obat dan non-obat (daftar ini tidak menyeluruh,
sebagian besar obat tercantum di bawah ini digunakan untuk mengobati gejala
multiple sclerosis meskipun mereka belum disetujui FDA untuk tujuan tertentu)..
|
Komplikasi
|
Obat-obatan
|
Non-manajemen
obat dan komentar
|
|
)
Kesulitan berjalan (kelambatan)
|
dalfamipridine (Ampyra) telah disetujui FDA
pada 2010 untuk meningkatkan berjalan pada pasien dengan MS. Terapi fisik,
peralatan orthotic, dan alat bantu berjalan juga saya bermanfaat.
|
|
|
kelenturan
|
baclofen
(Lioresal)
tizanidine (Zanaflex) diazepam (Valium) clonazepam (Klonopin) dantrolene (Dantrium) |
Terapi fisik juga dapat memberikan manfaat.
Kebanyakan obat diberikan melalui mulut. Beberapa obat diberikan melalui
pompa tulang belakang.
|
|
Kelemahan
|
Tidak ada
|
|
|
Solu-Medrol diberikan selama serangan akut
secara intravena, kadang-kadang diikuti dengan kortikosteroid melalui mulut.
|
||
|
Kelelahan, emosional ledakan
|
Anti-depressants
Anti-depresi
amantadine (Symmetrel) untuk kelelahan; fatigue modafinil (Provigil) untuk kelelahan |
Mengurangi atau menghindari aktivitas fisik dan paparan panas. Amitriptyline digunakan untuk tiba-tiba tertawa / menangis. |
|
Pain
Sakit
|
Aspirin, NSAID
, asetaminofen, atau terapi fisik digunakan untuk otot dan nyeri punggung
. Anti-convulsants, seperti carbamazepine
(Tegretol) atau gabapentin
(Neurontin) digunakan untuk nyeri wajah atau anggota tubuh. Anti-depressants
atau stimulasi listrik digunakan untuk nyeri menusuk-nusuk, kesemutan intens,
dan pembakaran. Rujukan ke spesialis nyeri direkomendasikan dengan nyeri yang
hebat.
|
|
|
Bladder
dysfunction Kandung kemih disfungsi
|
Antibiotik digunakan untuk mengelola
infeksi.
Vitamin C dan jus cranberry digunakan untuk mencegah infeksi. Kateter digunakan untuk meringankan retensi urin. Oxybutynin (Ditropan, Ditropan LX, Oxytrol) atau tolterodine (Detrol, Detrol LA) digunakan untuk disfungsi kandung kemih. |
|
|
Disfungsi seksual
|
Untuk laki-laki, disfungsi ereksi
obat, papaverin, implan penis, atau electrostimulation digunakan.
.Untuk perempuan, gel vagina atau perangkat bergetar digunakan. |
|
|
Sering resisten terhadap pengobatan. Terkadang
obat-obatan atau operasi digunakan jika tremor yang parah.
|
Sumber :
Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
persyarafan. Jakarta : salemba medikaSuzanne c.smeltzer& brenda G.bare. 2003.Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner& suddarth edisi 8 . Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC
Fransisca B. Batticaca.2008. asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persyarafan. Jakarta : salemba medika
Multiple Sclerosis International Federation – MSIF
2007)
http.// www.medicineNet.com